Latest News

Pendidikan - Manfaat Berguru Mandiri

Kegiatan berguru berdikari merupakan salah satu bentuk kegiatan berguru yang lebih menitikbe Pendidikan -  Manfaat Belajar Mandiri

Kegiatan berguru berdikari merupakan salah satu bentuk kegiatan berguru yang lebih menitikberatkan pada kesadaran berguru seseorang.

Atau lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada diri akseptor didik sendiri.

Belajar berdikari bukan berarti harus berguru berdikari sebagai berguru sendiri.

Peserta didik sering kali menyalahartikan konsep berguru berdikari sebagai berguru sendiri.

Sebagai seorang yang mandiri, akseptor didik tidak harus mengetahui semua hal

Tetapi tidak juga diharapkan menjadi akseptor didik yang jenius yang tidak membutuhkan pinjaman orang lain.

Belajar berdikari merupakan kemampuan yang tidak banyak berkaitan dengan pembelajaran apa

Tetapi lebih berkaitan dengan bagaimana proses berguru tersebut dilaksanakan.

Belajar berdikari dikembangkan untuk meningkatkan tanggung jawab akseptor didik dalam proses pembelajaran.

Tanggungjawab akseptor didik dalam proses pembelajaran akan meningkatkan motivasi (intrinsik).

Motivasi intrinsik dibangun dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang dilakukan kini ialah dalam rangka mempersiapkan masa yang akan dating.

Sehingga akseptor didik mempunyai keyakinan dan dorongan berpengaruh untuk menyebarkan dirinya.

Motivasi intrinsik membantu akseptor didik menciptakan pilihan informasi dan mengambil tanggung jawab untuk memutuskan apa yang perlu lakukan dalam rangka untuk belajar.

Tugas guru dalam proses berguru berdikari ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memperlihatkan pinjaman kepada akseptor didik bila diperlukan.

Bentuknya terutama pinjaman dalam menentukan tujuan belajar, menentukan materi dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak sanggup dipecahkan akseptor didik sendiri.

Kemandirian pada insan bersifat psikologis dan bukan merupakan suatu talenta yang dimiliki individu.
Tetapi sanggup dikembangkan dengan baik pada diri seseorang melalui latihan yang dilakukan secara berkesinambungan.


A.  Pengertian Belajar Mandiri
Pengertian belajar mandiri berdasarkan Hiemstra (1994:1) ialah sebagai berikut:
1.   Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil banyak sekali keputusan. 
2.   Belajar berdikari dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran. 
3.   Belajar berdikari bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain. 
4.   Dengan berguru mandiri, akseptor didik sanggup mentransferkan hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain. 
5.   Peserta didik yang melaksanakan berguru berdikari sanggup melibatkan banyak sekali sumber daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, berguru kelompok, latihan-latihan, obrolan elektronik, dan kegiatan korespondensi. 
6.   Peran efektif guru dalam berguru berdikari masih dimungkinkan, ibarat obrolan dengan akseptor didik, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif. 
7.   Beberapa institusi pendidikan sedang menyebarkan berguru berdikari menjadi jadwal yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan programprogram inovatif lainnya.

Dari pengertian berguru berdikari berdasarkan Hiemstra di atas, maka sanggup disimpulkan.

Belajar berdikari ialah sikap akseptor didik dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara faktual dengan tidak bergantung pada orang lain.

Dalam hal ini ialah akseptor didik tersebut :
a)   mampu melaksanakan berguru sendiri, sanggup menentukan cara berguru yang efektif,
b)   mampu melaksanakan tugas-tugas berguru dengan baik
c)   mampu untuk melaksanakan acara berguru secara mandiri.


B.  Ciri-Ciri Belajar Mandiri
Ada beberapa ciri-ciri yang menandai berguru mandiri, antara lain:
1.   Pyramid Tujuan, semakin tinggi kualitas kegiatan belajar, akan semakin banyak kompetensi yang diperoleh.
2.   Sumber berguru dari guru, tutor, mitra dll dan Media Belajar antara lain: paket-paket berguru yang berisi self instructional material, buku teks, sampai teknologi informasi lanjut.
3.   Belajar berdikari sanggup dilakukan dimanapun kawasan yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan berguru dan sanggup dilaksanakan setiap waktu
4.   Pembelajar mempunyai cara berguru yang sempurna untuk dirinya sendiri (auditif, visual, kinestetik, atau tipe campuran)
5.   Belajar berdikari juga sanggup dijalankan dalam sistem pendidikan formal, nonformal, ataupun bentuk-bentuk berguru campuran.
6.   Kegiatan berguru aktif merupakan kegiatan berguru yang mempunyai cirri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
7.   Motif atau niat untuk menguasai suatu kompetensi ialah kekuatan pendorong kegiatan berguru secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.
8.   Kompetensi ialah pengetahuan atau keterampilan yang sanggup dipakai untuk memecahkan masalah.
9.   Dengan pengetahuan yang telah dimiliki, pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber berguru sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan gres yang dibutuhkannya.
10.       Tujuan berguru sampai penilaian hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar sehingga mereka sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajar.


1.   Memunculkan Inisiatif atau dorongan internal 
Konsep berguru berdikari lebih kepada kondisi inisiatif atau motivasi yang ada pada diri akseptor didik.

Belajar berdikari bukan dalam artian seseorang berguru sendiri. Proses berguru sanggup dilakukan sendiri (seorang diri), atau dalam kelompok.

Peserta didik berdikari selalu mempunyai inisiatif atau dorongan dari dalam dirinya untuk memulai suatu proses pembelajaran.

2.   Mampu Menetapkan tujuan 
Peserta didik berdikari selalu mempunyai tujuan yang ditetapkan sendiri.

Tujuan dari akseptor didik mandiri, akseptor didik di sekolah misalnya, bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai akseptor didik.

Yang harus mengikuti proses berguru mengajar, menuntaskan tugas-tugas dari pendidik.

Tujuan akseptor didik berdikari sudah lebih komprehensif.

3.   Aktif dan kreatif mencari sumber belajar
Ketersediaan sumber berguru sering menjadi dilema bagi penguasaan kompetensi yang dituntut.

Sekolah seringkali hanya menyediakan sumber berguru yang sangat terbatas, dan sifatnya sektoral.

Pada umumnya sumber berguru hanya tiga, dan seringkali tidak lengkap, yaitu perpustakaan, buku pelajaran pegangan akseptor didik, dan lembar kerja akseptor didik.

Penekanan sumber-sumber berguru ini sektoral, memenuhi tuntutan materi semata. Berbentuk penguasaan secara kognitif dan terpisah-pisah.

Bagi akseptor didik mandiri, sumber berguru yang demikian akan selalu dirasakan kurang.

Proses penguasaan kompetensi dilakukan dengan memperbanyak sumber belajar.

Peserta didik aktif dan kreatif mencari dan memanfaatkan sumber belajar.

Baik sumber berguru yang berbentuk cetak, elektronik, maupun pribadi dari masyarakat.

Sumber berguru cetak sanggup berupa buku-buku di perpustakaan yang secara pribadi merujuk pada materi asuh tertentu, maupun dari kawasan lain yang secara luas memperlihatkan informasi yang terkait, pribadi maupun tidak langsung, dengan materi ajar.

Sumber elektronik sanggup berupa multimedia pembelajaran, sumber internet, atau sumber-sumber lain.

Langsung kepada masyarakat, sanggup kepada orang-orang yang memang mempunyai kompetensi tertentu

Maupun dalam mengamati, memeriksa dan menemukan kaitan materi asuh dengan kehidupan riil

Dan menjadi sumber untuk memahami dan menguasai kompetensi tertentu.

4.   Sadar siapa dirinya
Kesadaran dan pengenalan diri sendiri berdampak pada motivasi berguru pada akseptor didik.

Kesadaran diri berkaitan dengan kemampuan, bakat, dan minat diri atas ilmu dan pengetahuan, juga terkait dengan tipe berguru yang paling efektif.

Peserta didik dikenalkan pada tipe berguru visual, auditori atau kinestetik.

Peserta didik yang memahami kemampuan, talenta dan minatnya akan termotivasi mempelajari materi asuh dengan tanpa menghiraukan hasilnya.

Proses berguru menjadi sesuatu yang sangat bermakna.

Manfaat berguru mandiri akan semakin terasa bila akseptor didik aktif membaca buku sumber, melaksanakan pengamatan, penelitian, analisa dan memecahkan masalah.

Pengalaman yang mereka peroleh semakin menambah wawasan, dan semakin kaya dengan ilmu pengetahuan.

Apalagi bila mereka berguru berdikari dalam kelompok, disini mereka akan berguru kerja sama, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan.

Belajar berdikari akan mengakibatkan akseptor didik untuk berani menentukan sendiri apa yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Kemandirian ialah memerlukan tanggung jawab, berinisiatif, memiliki  keberanian, dan sanggup mendapatkan resiko serta bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri.

Dengan demikian pada kesannya akseptor didik akan menikmati arti hidup sesungguhnya dari pada terbelenggu dan selalu diatur oleh orang lain.


D.  Kegiatan - Kegiatan Belajar Mandiri
Menurut Haris Mudjiman (2009: 20-21) kegiatan-kegiatan yang perlu diakomodasikan dalam training berguru berdikari ialah sebagai berikut:
1.   Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh akseptor didik untuk menuju pencapaian tujuan-tujuan simpulan yang ditetapkan oleh jadwal training untuk setiap mata pelajaran. 
2.   Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh akseptor didik. 
3.   Adanya input berguru yang ditetapkan dan dicari sendiri. Kegiatankegiatan itu dijalankan oleh akseptor didik, dengan ataupun tanpa bimbingan guru. 
4.   Adanya kegiatan penilaian diri (self evaluation) yang dilakukan oleh akseptor didik sendiri. e) Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani akseptor didik. 
5.   Adanya past experience review atau review terhadap pengalamanpengalaman yang telah dimiliki akseptor didik. 
6.   Adanya upaya untuk menumbuhkan motivasi berguru akseptor didik. 
7.   Adanya kegiatan berguru aktif.

Berdasarkan uraian wacana kegiatan-kegiatan dalam training berguru berdasarkan Haris Mudjiman di atas, maka sanggup diambil kesimpulan.

Peserta didik yang mempunyai kemandirian berguru ialah akseptor didik yang :
a)   mampu memutuskan kompetensi-kompetensi belajarnya sendiri,
b)   mampu mencari input berguru sendiri,
c)   melakukan kegiatan penilaian diri serta refleksi terhadap proses pembelajaran yang dijalani akseptor didik.


E.  Aspek Belajar Mandiri
Dalam keseharian akseptor didik sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut akseptor didik untuk berdikari dan menghasilkan suatu keputusan yang baik.

Song and Hill (2007: 31-32) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

1.   Personal Attributes 
Personal attributes merupakan aspek yang berkenaan dengan motivasi dari pebelajar, penggunaan sumber belajar, dan taktik belajar.

Motivasi berguru merupakan cita-cita yang terdapat pada diri seseorang yang merangsang pebelajar untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Ciri-ciri motivasi berdasarkan Worrel dan Stillwell dalam Harliana (1998) antara lain:
a)   tanggung jawab (mereka yang mempunyai motivasi berguru merasa bertanggung jawab atas kiprah yang dikerjakannya dan tidak meninggalkan tugasnya sebelum berhasil menyelesaikannya)

b)   tekun terhadap kiprah (berkonsentrasi untuk menuntaskan kiprah dan tidak gampang menyerah)

c)   waktu penyelesaian kiprah (berusaha menuntaskan setiap kiprah dengan waktu secepat dan seefisien mungkin)

d)   menetapkan tujuan yang realitas (mampu memutuskan tujuan realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, bisa berkonsentrasi terhadap setiap langkah untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai.

2.   Processes 
Processes merupakan aspek yang berkenaan dengan otonomi proses pembelajaran yang dilakukan oleh pebelajar mencakup perencanaan, monitoring, serta penilaian pembelajaran.

Kegiatan perencanaan meliputi:
a)   mengelola waktu secara efektif (pembuatan jadwal belajar, menyusun kalender studi untuk menulis atau menandai tanggal-tanggal penting dalam studi, tanggal penyerahan kiprah makalah, kiprah PR, dan tanggal penting lainnya, mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan berguru lain)
b)   menentukan prioritas dan manata diri (mencari tahu mana yang paling penting dilakukan terlebih dahulu dan kapan mesti dilakukan).

Kegiatan monitoring dalam pembelajaran dengan memakai model Cooperative Learning tipe Kepala Bernomor Terstruktur antara lain :
a)   aktif melaksanakan diskusi dalam kelompok
b)   berani mengemukakan pendapat pada dikala diskusi berlangsung,
c)   aktif bertanya dikala menemui kesulitan baik terhadap teman maupun guru,
d)   membuat catatan apabila diperlukan,
e)   tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran meskipun guru tidak hadir.

Sedangkan yang termasuk kegiatan penilaian pembelajaran antara lain :
a)   memperhatikan umpan balik dari kiprah yang telah dilaksanakan sehingga sanggup diketahui letak kesalahannya,
b)   mengerjakan kembali soal/ tes di rumah
c)   berusaha memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.

3.   Learning Context 
Fokus dari learning context ialah faktor lingkungan dan bagaimana faktor tersebut menghipnotis tingkat kemandirian pebelajar.

Ada beberapa faktor dalam konteks pembelajaran yang sanggup menghipnotis pengalaman berdikari pebelajar antara lain, structure dan nature of task.

Struktur dan kiprah dalam konteks pembelajaran ini misalnya, akseptor didik berguru dengan struktur (cara kerja) model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan mengerjakan kiprah kelompok dalam LKS.


F.   Penerapan/Implementasi Belajar Mandiri
1.   Mengambil Tindakan
Peserta didik yang menghimpun, menyentuh, dan mengumpulkan pengetahuan mempunyai otak yang berbeda.

Dibandingkan dengan akseptor didik yang hanya menonton, mendengar dan menyerap informas

2.   Mengajukan Pertanyaan
Untuk menjadi mandiri, harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik dan tajam yang sanggup menyempurnakan keyakinan dan menjelaskan kejadian.

3.   Membuat Pilihan
Peserta didik menentukan untuk berpartisipasi dalam planning kerja yang paling sesuai dengan minat pribadi dan talenta mereka.

Serta gaya berguru yang paling sempurna bagi mereka sambil mencari keterkaitan antara kiprah sekolah dengan kehidupan keseharian mereka.

4.   Membangun Kesadaran Diri
Kesadaran-diri ini mencakup pengetahuan wacana keterbatasan dan kekuatan kita, mengetahui bagaimana pandangan orang lain kepada kita serta pengendalian emosi.

5.   Kerja Sama
Dengan bekerja sama, membantu akseptor didik untuk menemukan bahwa ternyata cara pandang mereka hanyalah satu diantara cara pandang yang lain

Dan cara mereka melaksanakan sesuatu hanyalah satu kemungkinan dari banyak sekali kemungkinan lain.

Melalui kerja sama, dan bukannya persaingan atau kompetisi, akseptor didik menyerap kebijaksanaan orang lain.


G.  Tahap-Tahap Pengembangan Belajar Mandiri
1.   Tahap pemberian stimulus
Pembelajar diberi rangsangan berupa materi asuh dengan metode penyampaian yang menarik. Tujuanya biar pembelajar tertarik kepada materi asuh yang diberikan.

2.   Tahap penumbuhan niat
Terjadi proses menimbang-nimbang, apakah ia akan sanggup mengambil manfaat dari kegiatan pembelajaran yang diberikan.

3.   Tahap pembuatan keputusan
Kemungkinan keputusan yang diambil ialah meneruskan niat dengan melaksanakan perbuatan; menunda niat; atau membatalkan niat dan tidak menindak lanjuti dengan perbuatan.

4.   Tahap tindakan
Pembelajar melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah diputuskan untuk dilakukan.

5.   Tahap penilaian
Apakah tindakan berguru berjalan lancar dan tidak terlalu menyulitkan dalam bandingannya dengan hasil yang diperolehnya.


H.  Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri
a)   Membentuk akseptor didik yang berdikari dan bertanggung jawab
b)   Peserta didik mendapatkan kepuasan berguru melalui tugas-tugas yang diselesaikan
c)   Peserta didik mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam hal penelusuran literatur, penelitian, analisis dan pemecahan masalah, bila dalam menuntaskan tugas-tugasnya akseptor didik berkelompok menjadi semakin bertambah, alasannya ialah melalui kelompok tesebut akseptor didik akan berguru wacana kerja sama, kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
d)   Mencapai tujuan simpulan dan pendidikan yaitu akseptor didik sanggup menjadi guru bagi dirinya sendiri.

Kelemahannya dari pembelajaran ini ialah :
a)   Bila diterapkan kepada akseptor didik yang belum dewasa, ia belum bisa berguru secara berdikari (masih memerlukan bimbingan).
b)   Apa yang didapat dalam pembelajaran berdikari masih belum tentu benar,  maka perlu melaksanakan pertanyaan atau diskusi.











0 Response to "Pendidikan - Manfaat Berguru Mandiri"