A. Putra tersayang Nabi Ya’qub Alaihissalam
Nabi Yusuf Alaihissalam yaitu salah satu dari 12 orang putra Nabi Ya’qub Alaihissalam. Rasa sayang Ya’qub yang berlebihan terhadapnya menciptakan saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Suatu hari Yusuf bermimpi perihal 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya’qub sangat besar hati mendengar dongeng itu dan menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memperlihatkan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang glamor bagi putranya.
Baca Juga :
B. Saudara-saudara Yusuf membinasakan Yusuf
Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Yusuf. Salah satu dari mereka menyarankan supaya jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, supaya ia tidak bisa kembali kepada ayahnya.
Yusuf kecil diajak bermain-main oleh kakak-kakaknya, sehabis mereka berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf. Saat itulah mereka melakukan niat jahat mereka untuk menyingkirkan
Yusuf. Ketika hingga di suatu tempat, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sebuah sumur yang dalam. Baju Yusuf dikoyak-koyak dan dilumuri darah kambing. Kemudian dengan wajah sedih mereka memberikan isu pada ayah mereka bahwa Yusuf telah tewas dimakan serigala.
Kisah mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam dan perbuatan saudara-saudaranya ini terdapat dalam Al Qur’an surat Yûsuf: 4-21.
C. Kisah Yusuf dan Zulaikha
Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di kawasan itu. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga alhasil dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang berjulukan Kitfir.
Wajah Yusuf yang sangat tampan itu menciptakan istri pembesar yang berjulukan Zulaikha terpikat. Suatu ketika pada dikala suaminya tidak ada di rumah, Zulaikha mengajak Yusuf untuk berbuat tidak senonoh, akan tetapi Yusuf menolak seruan tsb sehingga terjadilah ketegangan.
Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha tiba dan Zulaikha memutarbalikkan fakta dengan menyampaikan bahwa Yusuf telah berlaku tidak senonoh terhadapnya. Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar kawasan itu berbicara dengan fasihnya.
Bayi itu menyampaikan bahwa jikalau kemeja Yusuf robek di penggalan depan maka Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di penggalan belakang, maka Zulaikha yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek yaitu kemeja penggalan belakang Yusuf. Dengan demikian Yusuf pun selamat.
Cerita tersebut kemudian menyebar ke masyarakat luas. Zulaikha yang merasa aib karena menjadi pembicaraan orang kemudian mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya masakan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah.
Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Yusuf keluar. Ketika melihat wajah Yusuf, saking terpesonanya tanpa sadar para perempuan itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri.
Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Yusuf untuk mendapatkan keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri yaitu perempuan yang sangat cantik.
Mendengar itu, Nabi Yusuf Alaihissalam berdoa supaya tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Yusuf Alaihissalam dimasukkan ke dalam penjara. Kisah ini terdapat dalam surat Yûsuf: 22-35.
D. Kecerdasan Yusuf Menafsirkan Mimpi
Nabi Yusuf Alaihissalam dikaruniai oleh Allah kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Saat Yusuf Alaihissalam di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita padanya perihal mimpi mereka. yang pertama yaitu kepala tukang pembuat minuman berjulukan Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk menciptakan arak.
Orang kedua yaitu kepala tukang roti berjulukan Malhab, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memikul roti di atas kepalanya, yang mana kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.
Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, “Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan karena engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan saya dengan terpaksa saya menyampaikan bahwa engkau akan dieksekusi mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Demikian putusan Allah sebagaimana yang saya terangkan, dan itu niscaya terjadi karena saya tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua.”
Semua yang diramalkan Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman alhasil mendapatkan kebebasannya. Saat ia akan keluar, Yusuf berpesan padanya supaya ia menceritakan kepada raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah.
Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa memberikan pesan Yusuf pada raja, dan menjadikan Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi. Kemampuan Nabi Yusuf Alaihissalam dalam menafsirkan mimpi kedua rekannya ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Yûsuf: 36-42.
E. Mimpi Raja
Pada suatu hari, raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan angker dirinya. Ia kemudian mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang bakir untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya.
Ia berkata, “Sesungguhnya saya telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan saya bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jikalau kalian bisa menafsirkannya.”
Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini. Mereka merasa gundah dan memperlihatkan jawaban yang tidak memuaskan dengan menyampaikan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa harapan yang kacau dari raja dan tidak mempunyai makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak mempunyai pengetahuan perihal penafsiran mimpi.
Saat itu kepala tukang minuman mendengar mimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang bakir itu. Ia pun teringat kembali pada Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, “Aku sanggup memberitahu kalian perihal arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang cowok berjulukan Yusuf.
Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka baiklah mengirimkan saya kepada Yusuf, maka saya akan membawa penafsiran dari mimpi ini.”
Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.
“Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering. Berilah pedoman kepadaku hai Yusuf perihal hakikat mimpi ini, supaya saya memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu.”
Yusuf pun mulai membuktikan arti mimpi raja. Bukan hanya itu, ia membuktikan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, “Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kau menanami tanahmu dengan gandum dan sya’ir, kemudian hasil panenannya kau simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang diperlukan saja.
Setelah itu akan tiba 7 tahun yang kering dimana kau akan memakan persediaan gandum yang kau simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya sanggup dipakai sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya. Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan tiba satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan mirip anggur dan zaitun.” Kisah perihal mimpi raja ini diceritakan dalam surat Yûsuf: 43-49.
F. Yusuf Dibebaskan Dari Penjara
Kepala tukang minuman segera memberikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci.
Akan tetapi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan mengusut persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu perihal sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.
Permintaan Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Yusuf.
Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya. Dengan demikian keluarlah Yusuf dari penjara dengan diri yang higienis dari segala tuduhan dan fitnah.
Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Yusuf berganti dengan kemuliaan. Kisah ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Yûsuf: 50-53.
Kebenaran perihal Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi aneka macam duduk kasus ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah tanggapan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh. Kisah pengangkatan Yusuf dalam kedudukan yang mulia ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 54-57.
G. Pertemuan Yusuf Dengan Saudara-Saudaranya
Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka.
Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul tragedi kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga karena ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal.
Ya’qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan masakan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya’ir.
Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang memperlihatkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu yaitu saudara-saudaranya.
Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang memakai bahasa Mesir kuno.
Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya’ir bagi mereka dengan dosis yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka.
Ketika mereka berkemas-kemas akan pergi, Yusuf berkata, “Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka saya tidak akan mau menukarkan masakan lagi bagi kalian, jikalau kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya.”
Mereka pun berkata, “Kami akan membujuk ayah kami supaya ia mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melakukan perintahmu.”
Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya’ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka.
Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa bahagia dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan menerima lebih banyak lagi kebaikan darinya.
Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan perihal kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga memberikan permintaan menteri Mesir itu supaya mereka membawa Bunyamin jikalau nanti mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya sehabis ditinggalkan oleh Yusuf, Ya’qub sangat berduka. Setiap hari ia menangis hingga matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Yusuf ini, Ya’qub tidak mempercayai mereka.
Namun mereka terus membujuk dan menyampaikan bahwa jikalau Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan masakan lagi dari menteri Mesir itu. Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar akad putra-putranya ini, hati Ya’qub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Ya’qub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu supaya tidak menarik perhatian. Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 58-67.
H. Yusuf Menahan Bunyamin
Saat mereka tiba lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia menyampaikan padanya bahwa ia yaitu Yusuf, saudaranya sekandung. Ia menceritakan perihal apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.
Yusuf mempunyai planning untuk bisa menahan Bunyamin lebih usang bersamanya. Ketika saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin.
Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan menyampaikan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang sanggup mengembalikannya akan memperoleh materi masakan seberat muatan seekor unta.
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, “Apa balasannya jikalau ternyata kalian berdusta?” Mereka menjawab, “Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini yaitu tanggapan yang adil bagi pencuri berdasarkan syariat Ya’qub.”
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya mengusut karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling final supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur. Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu.
Mereka merasa aib dengan insiden ini, karenanya mereka berkata, “Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini.” Tentu saja yang mereka maksud yaitu Yusuf sendiri. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi perilaku itu tidak diperlihatkannya.
Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.
Ketika Ya’qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf dan dibentuk mainan karena ia ibarat boneka yang biasa dimainkan oleh bawah umur kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.
Saudara-saudara Yusuf memohon padanya supaya Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, karena itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kau termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Maka Yusuf pun menjawab, “Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim.”
Saudara-saudara Yusuf merasa gundah dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jikalau kini mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan murka dan tidak mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, “Aku tidak akan meninggalkan Mesir hingga ayah mengizinkan saya kembali, atau Allah memperlihatkan keputusan kepadaku. Dan Dia yaitu hakim yang paling adil.”
Namun Yusuf berkata, “Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bekerjsama kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak bisa menjaga barang yang hilang.” Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya alhasil berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 68-82.
I. Yusuf Berkumpul Kembali Bersama Keluarganya
Ya’qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan percaya bahwa Allah niscaya akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu.
Ya’qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar perihal Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihannya supaya ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan masakan dengan harapan Yusuf mau memberi mereka materi masakan yang cukup.
Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera.
Kemudian ia memanggil Bunyamin, kemudian berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur? . Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita.”
Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini yaitu Yusuf. Dengan berdebar-debar mereka bertanya, “Apakah engkau Yusuf?” Yusuf menjawab, “Benar, saya Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin.” .
Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia kemudian memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk tiba ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan karena kesedihan yang amat sangat sejak kepergiannya, Yusuf memperlihatkan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia sanggup melihat kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya’qub sanggup mencicipi keberadaan Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena besar hati dengan kenyataan itu ia pun sanggup melihat kembali dengan seizin Allah.
Akhirnya Yusuf pun sanggup berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Ya’qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah.
Mereka pun memperlihatkan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan budpekerti pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, “Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi saya melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku.” Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat Yûsuf: 83-101.
Sumber :
https://tarbiyatulathfal15.blogspot.com//search?q=makalah-perlawanan-teuku-umar
https://tarbiyatulathfal15.blogspot.com//search?q=makalah-perlawanan-teuku-umar
0 Response to "Pendidikan - Cerita Nabi Yusuf Alaihissalam : Cerita Yang Sarat Dengan Hikmah"